Tuesday, February 26, 2008

Penghujung kebahagian abadi - Untuk mu Papa

Pancaran cahaya lampu jalanan menembus kulit kepalamu yg tipis tertutup rambut.
Warna mu kini sudah melekat dengan hamparan aspal jalanan.
Tidak terawat, menyimpan segudang garam
Pahit getir pertahanan diri.

Bagai menghardik lolongan anjing hutan
Ditengah malam hitam menggeliat.
Masih terasa di bathin ini dekapan tanganmu
Kehangatan pengasihmu pada ku.

Tidak terasa kini kau telah renta
Usia mu telah lanjut.
Wajahmu kian pasi.

Pasrah pada keberadaan dunia
Menunjuk arah kehidupan pasrah mu.

Oh Putra langit
Aku sangat menyanyanginya.
Berikan waktu sedikit longgar untuk membawa nya pada
penghujung kebahagian abadi.

Tuesday, February 05, 2008

Layaknya barisan baret hijau menghardik bibir dan dubur sang manusia.

Melihat segores senyum di bibir tipis
menepis keraguan akan kemurkaan

Menutupi diri dengan kacamata hitam
menepis keraguan akan kesirikan

Memandang melanjutkan mimpi yg terputus
masih kusanggah akan terjatuhnya peluh

Ingin rasanya kurenggut dan kuhancurkan dalam kepalan tanpa
terbiaskan rasa kemanusian yg manusiawi

Layaknya barisan baret hijau menghardik bibir dan dubur sang manusia.

Jakarta 5Feb08

Menyatu dengan liat membusukkan diri membangun negeri

Bernafas didalam lumpur
Bermandikan sampah di dasar kasur
Menggeliat menyambut hari
Tidak pernah berbicara satu sama lain

Meratap pengasih dari sang mentari
Memberikan apa yg telah terjadi
Menyatu dengan liat membusukkan diri membangun negeri

Jakarta 5Feb08

Saturday, February 02, 2008

"SELAMAT HARI RAYA BESAR IMLEK"

Imlek sebentar lagi kusambut
Segala macam tata rias rumah terus di rajut
Sampai pada hari 'H'

Sinar bulann purnama sidhi berharap menerangi
Membawa peruntungan yang terus di ratapi
Sampai pada hari 'H'

Tionghoa merayakan dengan penuh senyum
Semuanya bersalaman menghadap ekonomi yang terus menerus menggulung.

"SELAMAT HARI RAYA BESAR IMLEK"

Kalian adalah bagian dari Indonesia.
Tanpa tionghoa tidak ada indonesia.
Tanpa indonesia tidak ada tionghoa-indonesia.

Friday, February 01, 2008

Tanpa panas dan hujan terpuaskan mata bathin

Jakarta tergenang air.
Sebuah kota metropolitan, pusat dan peluang bisnis tergenang.
Tergantung siapa yang melihat.
Tergantung siapa yang menggantung.

Aku mungkin salah satu korban yang mampu menikmati.
Melangkah kan kaki diantara rumah2 tua sekitar kota mati.
Membelah pusaran air dgn kaki menciut merinding.
Siapa yang sangka dibalik air kotor yang mengalir, dalam kesempatan itulah
tanpa panas dan hujan terpuaskan mata bathin.

Jakarta Kamis, 01 Februari 2008.