Friday, April 27, 2007

Buat Uly dan team


Buat Uly dan team

Kartini dan Kartono nama saling berkaitan.
Lintas malam lintas kehidupan.
Memandang dari kejauhan adalah kepalsuan.
Merambah dari kemelekatan adalah ketakutan.


Berpangku tangan menantang matahari esok.
Berdiam diri dan mengemukakan pikiran sesuatu tidak terelakan.
Egoisme intelectual biarlah menjadi pendiam yang tergelatak.
Berjalan dengan kaki telanjang merupakan penolakan akan pengkotak2an.


Memberi penilaian terhadap diri kita sendiri melalui perdebatan.
Membuat pembungkaman bibir tipis menjadi madat dalam keterkaitan.
Berbuat dan berucap merupakan kaitan jati diri ketidak puasan.
Salut untuk kawan dan saudaraku di tegal alur sana yang menjadi pemikir di milist.
Tetapi berbuat di realitas atas nama hati dengan pedoman nurani tanpa institusi tertulis.

Tinggal cerita kesiangan


Jakarta hari ini hujan lagi.
Masih berasa kejadian kemarin.
Tidak ada kerabat.
Tidak ada sobat.
Sendiri memandang arus air yang lewat.

Lebih dari sejam hujan turun dengan deras.
Hanya bisa memandang arus yang selaras.
Tidak mampu menahan ketakutan.
Berbondong2 warga mengulang kembali upaya penyelamatan.
Diparkir dengan rapi kendaraan beroda empat, diujung perempatan.
Berharap tidak terbanjiri tetapi
berdoa agar bandang tidak terulang lagi.

Sampai kapan kami harus terus menerus seperti ini?
Siklus lima tahunan adalah jawaban terkini.
Tetapi hidup kami bukan untuk lima tahun saat ini.
Kami juga manusia yang senantiasa berjuang untuk mengimbangi kehidupan terkini.

Kelapa gading akankah nasibmu seperti gading di tengah kekeringan.
Tinggal cerita kesiangan dimana ditemukan hanya ke ngerian akan
bandang yang tidak tertandingi.

Wednesday, April 25, 2007

Langkah tegas dalam menyalurkan tekanan manusiawi ini.

Pelega dahaga cinta dan kemesraan pun dijualnya.
Keindahan bercinta pun menjadi santapan pergulatan.
Kaum Pria dikatakan sebagai pembeli pertama yang meramaikan.
Tetapi terlintas kah kita bahwa semua ini adalah fenomena alam
yang bisa dikaitan dengan 'bencana nasional'.

Belom ada satu pun pemimpin bangsa selama kemerdekaan
Menyatakan perang dengan pelacuran.
Belom ada satu pun pembuat keputusan mengambil
langkah tegas dalam menyalurkan tekanan ini dengan lebih manusiawi.

Monday, April 16, 2007

Kalau siang ditemani bohlam rasanya seperti pecundang

Kalau malam ditemani bohlam rasanya kurang
Kalau siang ditemani terang rasanya girang
Kalau malam ditemani terang rasanya tenang
Kalau siang ditemani bohlam rasanya seperti pecundang

Saturday, April 14, 2007

Mungkin hanya harapan untuk dirinya agar membusuk

Kalau sampai waktu tidak memberikan ku izin untuk merauk,
Mungkin hanya darah yang bisa ku sauk.
Kalau sampai karyaku disauk,
Mungkin hanya bisa kepala yang kugaruk.

Kalau sampai abdi ku mengamuk,
Mungkin pawang pun tak sanggup mengutuk.
Kalau sampai kawanku sendiri yang menusuk,
Mungkin hanya harapan untuk dirinya agar membusuk!

Friday, April 13, 2007

Meninggalkan generasi pecundang adalah kemanusiaan.

Kemiskinan merambat kerap,
Ketakutan menyatu dalam derap,
Keindahan akan kebahagian terus menggelap,
Tetapi nafsu terus menggeliat.

Kemandirian kapitalis membeli semua slogan kesurgaan,
Kemajuan pemikir konservatif menyandang gelar kesarjanaan,
Mengembangkan kemajuan yang mandiri dan bersahaja,
Melupai yang tidak bisa mengikuti semuanya.

Kemandiran yang hakiki hanya bisa berjalan di atas hati nurani,
Kemajuan intelectual hanya bisa berjalan untuk mendobrak tirani,
Meremajakan pemikiran yang sadar akan kebersamaan adalah keinginan,
Meninggalkan generasi pecundang adalah kemanusiaan.

Tuesday, April 03, 2007

Pengajar

Bimbingan belajar membanjir disetiap pelosok
Menjual impian akan masa depan yang sudah terseok seok
Slogan untuk membangun negri tidak lebih dari pelarian
Mencetak anak bangsa yang cerdas ala pengeksplotisian

Bukan kah seharusnya penguasa menyadari
Anak negri adalah asset tak tertandingi
Kenapa engkau meninggalkan kami disaat kurikulum menghimpit ?
Peremajaan mata pelajaran tidak ada artinya tanpa kesejahteraan yang selalu terjepit.

Sunday, April 01, 2007

Palungan

ku kedepankan negri membangun sanubari
ku kedepankan bangsa membangun kebersamaan
caci dan puji mengiang disela kesendirian dan keramaian
daun tubuh memerah menahan ketidak kekalan
dihargai atau dihilangkan adalah paket perjuangan

tidak ada yang mampu memilih disaat kebangsaan kembali meraung
tidak lain tangis dan kelahiran kembali menggaung
membangun kebersamaan dan keindahan Ke Bhinnekaan dalam palung

Tersisih

sulit sudah rasanya menyisakan nafas untuk hari esok
letih menghirup ketidak nyaman bathin melihat besok
tersingkir dalam pelukkan
terjaring dalam terpurukan

menghindar dari permainan
menghujam yang ada dalam keindahan
harapan menjadi satu bagian
terkadang tersisih dalam kegilaan perpisahan