Monday, August 28, 2006

Mata


Menghadap Yang Kuasa disaat kematian menjemput adalah hal terindah dari kehidupan ini.
Menutup mata bergilir disaat kematian menjemput adalah tidur ternyenyak yang pernah ada di dunia ini.
Kematian, umur tua, penyakit dan kelahiran adalah hal yang tidak pernah terelakkan yang akan di alami saat setiap mahluk hidup menikmati kelahiran.

Tapi kawan ... apa semua mahluk hidup siap menghadapi hukum alam itu?
Kata "Tuhan" sang pencipta rasanya menjadi idola disaat kita lemah, disaat kita melihat yang kecil memohon yang besar, disaat kekuasaan menjadi jubah kita.

Berbondong bondong manusia memekikan kata sucinya hanya untuk membumi hanguskan dan mengkhiamatkan sesama penghuni galaxi ini beserta adatnya.

Mata ini tidak akan berderai air mata disaat melihat perbuatan mereka,
tetapi bathin ini menangis teriris disaat waktu nya telah tiba.

Saturday, August 26, 2006

Manusia


Cinta sejati ...
bila yang tertulis dalam pikiran ini mungkin itu yang akan kujalani.
Gelandangan berserakkan.
Kebodohan menjadi santapan.
Itu adalah contoh yang terjadi pada manusia Indonesia.

Tetapi bagaimana dengan kehidupan lainnya?
mereka juga pnya hak untuk tinggal di tempat yang tidak pernah mereka minta.
mereka hanya tahu mereka terlahir dan berkembang ditempat itu.

Sebegitu serakah nya manusia sehingga melihat yang lebih kecil dan tidak bernyawa
maka tidak ada lagi penghargaan yang diberikan.

"O ... manusia engkau hanya bagian dari ciptaannya, dan bukan tuhan dari yang dibawah mu"



Tuesday, August 22, 2006

Gerakan 30 September 1965



Agustus akhir ... waktu bergulir tanpa terasa mendekat di bulan September.
Ya september, Hari comunist katanya.Dimana setiap pergerakkan komunis dimulai di bulan itu.Benar atau tidak itu adalah masalah public.Lagi - lagi kuserahkan pada alam yang menjawab.Walau nnt waktu meminta beribu nyawa terbantai percuma hny untuk meng esah kan apa yang seharusnya terjadi oleh sang kecil ( manusia ).

Dear bathin,
tidak hentinya engkau berkata kecil, "Seandainya aku memiliki mata bathin" akan aku lihat apa yang terjadi saat itu.Akan aku lihat apa yang disembunyikan waktu itu.Sekarang aku hanya berusaha merasakan hawa kebohongan yang sedang dibuat empat puluh satu tahun yang lalu.
Setiap detiknya ku coba rasakan ... ... ... tidak lebih dari membumi yang terbumi hanguskan. Seolah tidak ada yang lebih manusiawi disaat serdadu mengasungkan bedil ke pelipis bermata segaris di hutan karet.

Dear bathin,
banyak orang mengatakan politik sangat kejam dan bengis.Tetapi kenapa masih banyak orang tak jera mempelajarinya.Tetapi kenapa masih banyak orang tidak padam meng gali nya ke atas permukaan.
Bukan ilmu yang disalahkan melainkan sang kecil yang mempelajarinya masih terlalu kecil untuk sekedar mengutil kebesaraan ke intelectualan science.

Dear bathin,
seruas merah putih ku kerek ke atas.Bulan depan setengah merah putih berkibar mengikuti arus angin.Untuk apa ? menandakan bahwa kita berkabung atas penghilangan nyawa beribu orang tak berdosa? serta pengharaman atas tionghoa dari tanah seberang? ataukah berduka atas bersimbah darahnya para petinggi TNI di lobang sumur sempit?
Seperti tanda tanya yang kuketik "?" begitulah yang terjadi.Sejarah tidak bisa dihapus, waktu tidak bisa berbalik.
Sang kebenaran masih tersimpan rapi, walau sedikit demi sedikit menghembuskan hawa kemurniaan akan kerelevanan.


Thursday, August 17, 2006

Proklamasi ke 61

enam puluh satu tahun yang lalu,
negara ini menjadi satu bagian meneriakkan "merdeka".
Pandangan atas kebebasan setiap manusia yang berada di tanah ini adalah
sama yakni Human Rights to choose thier own life.
Seorang anak bangsa membuatnya menjadi sah atas hukum norma - norma.
Bukan atas legitimasi negara dan dunia.

Ternyata pandangan proklamasi itu salah,
semestinya bukan proklamsi melainkan kesepakatan bahwa kita ada.
Bahwa penghuni di Indonesia itu adalah juga manusia dan bkn sapi perah
atau babi montok.

Lihatlah kedalam diri kita masing - masing, kita mengusir penjajah karna
apa? ... karna beda warna kulit ? atau beda bahasa ? atau karna semangat
untuk hidup lebih baik ?
Seandainya ada obat mujarab untuk memudakan yang da tua dan membangkitkan
yang sudah mati.Mungkin akan lebih baik dari sekarang, karna hanya mereka
yang tahu persis seperti apa arti kemerdekaan yang mereka rebut waktu itu.

Mungkin kah juga para pejuangan kita merebut kemerdekaan karna memang mereka rasis ?
Hanya melihat beda warna? sehingga mereka harus mengusir yang tidak pernah sama?
... ... ... ... ... Kemudian apa saya dan kita yang mengerti terjebak pada pendapat tersebut?
Terlahir dari yang mati, Terkubur dari yang bangkit, Tertidur dari yang bangun.
Just manages your self to become good for all man kind !

Saturday, August 12, 2006

We are small friends


Kerendahan Hati

Berbicara sesedikit mungkin tentang diri sendiri
Uruslah sendiri persoalan-persoalan
Hindarilah rasa ingin tahu
Janganlah mencampuri urusan orang lain
Terimalah pertentangan dengan kegembiraan
Jangan memusatkan perhatian kepada kesalahan orang lain
Terimalah hinaan dan caci maki
Terimalah perasaan tak diperhatikan, dilupakan dan dipandang rendah
Mengalah terhadap kehendak orang lain
Terimalah celaan walaupun anda tidak layak menerimanya
Bersikap sopan dan peka, seklipun seseorang memancing amarah anda
Janganlah mencoba agar dikagumi dan dicintai
Bersikap mengalah dalam perbedaan pendapat, walaupun anda benar
Pilihlah selalu yang tersulit

Thursday, August 03, 2006

Barongsai merah berdelik

Barongsai merah berdelik

liong naga bermain aksi,
dibantu beberapa pemuda tionghoa.
pegangan boleh sama kawan,
semangat boleh sama juga kawan,
akan tetapi persepsi dan bayangan terhadap benda mati tersebut adalah beda.

dimanakah kesamaan itu bisa terjadi?
sekarang? atau tidak akan pernah? atau cuma isapan jempol belaka?
tidak ada yang bisa menjawab nya.

perayaan imlek untuk tionghoa sangat menyentuh kalbu peradabannya.
Sepak terjang kolonial dan pembumi hangusan masyarakatnya membawa
petaka dan dosa tak tertandingi.

Terlambatkah kita yang masih bisa memainkan barongsai mengajak
kawan - kawan tionghoa untuk kembali ke jubah mereka yang telah disediakan
dunia kepadanya?

Munafikkah kawan - kawan penghuni lama tanah ini mengagumi lentera merah
nan indah dan barongsai nan gagah?

Tuesday, August 01, 2006

Kemelaratan.

4:19 PM 8/1/2006
-----------------------
kemurkaan dunia atas penghuninya membuat manusia tahu siapa dia
sebenarnya.
ketakutan akan masa depan membuat manusia dan penghuni nya melarikan
diri dari kenyataan hidup.
dimulai dari menyembah sesuatu yang bisa membawa keberuntungan
sampai dengan mencari pasangan yang mampu menjamin masa depan yang
lebih baik seolah - olah membeli dan menghadirkan surga dalam
kehidupan sekarang ini.

Dimana kah letak kita sekarang ini kawan?
beribu penjelasan yang berujung pada keadaan yang hakiki.
satu demi satu wajah polos menjadi bengis.
satu demi satu wajah kejam berubah menjadi munafik.

Mie instan bukan hanya bagian dari produksi pabrik dalam menyingkapi
kesulitan akan keberadaan makanan pokok.
melainkan Mie instan telah berubah menjadi public destiny yang
'mungkin' bisa menjadi juru selamat dalam kemelaratan bagi sebagian
penghuni dunia ini.