Thursday, May 17, 2007

Bertanya pada Sang Khalik

Mei bukan hanya milik amoi
mei bukan hanya milik malik
mei milik Sang Khalik.

Tetapi kenapa kau bumi hanguskan sebuah etnik
dan kau hancurkan secara tidak heroik.

Kau adu domba sesama anak negeri
layaknya imunisasi dalam sewaktu sekali
kau tebarkan kebencian di tengah suasana sulit.

Bisakah kita, kau, dan kami duduk memandang langit?
bertanya pada Sang Khalik,
siapakah sesungguhnya pemilik bulan mei dalam pelik?

Catatan seorang Tionghoa Jakarta di bulan MEI tahun 1998


Catatan seorang Tionghoa Jakarta di bulan MEI tahun 1998
Kegelapan malam menghilang

Kesiangan kembali menghadang
ketika kusadari waktu telah berganti karna begadang

kusambut hari dengan berdagang.


Indahnya metropolis menghardik kesulitan ekonomi

Papan yang berjejer rapi sepi pembeli

tak urung jua kubermimpi
suatu hari kesuksesan bisa kudapati
.

ribuan orang berkumpul ditengah ban berapi

melihat guyuran tatapan yang tak henti
membalikan badan sambil berteriak memaki
' cina ... cina ... bakar cina '.

terbiasa dengan kunjungan orang membeli dagangan
melayani satu persatu melalui penerangan

ribuan tangan mulai menerawang

ribuan tangan mulai menggerayang.


badanku tidak kujual
daganganku yang kujual

kenapa badanku yang kau jagal

dan daganganku kau obral.


seperti hari ini ... aku tertidur dengan orang yang tidak ku pernah
bisa rangkul ... Kuburan massal TPU pondok rangon, jakarta timur.

Tuesday, May 15, 2007

Dengan kelentikan PURNAMA DI BUKIT LANGIT kami melukis


kau jarah harta benda kami
kau ingkari jasa kami
kau kambing hitamkan kami

kami menangis ...
kami meringis ...
di Nusantara ini kami mengais
dengan kelentikan PURNAMA DI BUKIT LANGIT kami melukis

Tuesday, May 08, 2007

mungkin tidak ada karya yang tidak ku perbuat untuk yang di atas.

kalau saja kubisa berbuat lebih
mungkin tidak ada hari tanpa perubahan dunia
kalau saja kubisa bertemu lebih
mungkin tidak ada hari tanpa kacamata dunia

seandainya waktu menyisihkan sedikit keasyikan dalam bercinta
mungkin tidak ada hari tanpa berasmara
seandainya waktu menyisihkan sedikit atas usiaku yang terbatas
mungkin tidak ada karya yang tidak ku perbuat untuk yang di atas.

Thursday, May 03, 2007

Padamu negeri kami mengabdi

Panas jalan tidak menghambat pa ogah berjualan jasa penyebrangan di perempatan
Keringat bersantap kulit dan rambut kecil menyayat nadi kehidupan
Penyedia kesempatan akan mendapatkan tempat yang layak semangkin marak
Berawal dari protokol upacara sampai dengan yang diperempatan jalan.

Mungkin inilah wajah negri kita
Selalu berusaha menyediakan pelayanan akan apa yang bisa disediakan
Memperbudak diri untuk menyediakan keadaan akan kehadiran pendatang
Bertingkah sesuai procedure untuk anak negri tapi ber pola praktis bagi pendatang.

Inikah yang disebut dengan 'Padamu negeri kami mengabdi'?