Tuesday, November 04, 2008

Mengais belas kasihan kehitaman malam sama seperti dirinya hitam muram kusam.

Dingin menyengat membawa alunan hitam menjilat tenggorokku
Mendelikan mata melihat batas pantat membelalak disinari lampu jalanan
Kuning kusam, gelap menghimpit
Wanita berjenis kelaminnya.

‘tidak dingin kah kau berjalan seorang diri di malam sehabis hujan’
kusangka hanya sebuah bayangan seorang yang baru pulang dari sebuah pesta ria gembira
ternyata kusalah sobat

dia hanyalah seorang wanita penjaja kelamin untuk bertahan hidup
tidak seberapa kulihat wajahnya
tetapi yang pasti wajah nya hanya sebagai pelengkap sebagai seorang manusia.
Harkat dan martabat dirinya telah terhempas ke dasar selokan paling kotor
Mengais belas kasihan kehitaman malam sama seperti dirinya hitam muram kusam.

Kartini
04.11.2008
Steeve Haryanto Souw

Mewartakan kedamaian akan hidup sederhana tetapi pasti

Airnya menyentuh sampai lapisan terdalam diriku
Dapat kurasakan dia mengalir lambat dan membisu
Merayap menelusuri setiap jengkal dari apa sudah tercipta
Melumurinya dengan dingin yang biasanya terik menghujam.

Membiarkan kulit diri ini retak
Perpindahan dari dingin ke panas yang telah mengerak
Menembus pori – pori kehidupan
Menyentuh saraf – saraf terkecil yang ada didalamnya.

Begitu pula dengan perjalanan hidup ku
Menyebarang lautan meninggalkan yang telah ada
Menyembelih hati sekaligus mengukir yang baru
Mewartakan kedamaian akan hidup sederhana tetapi pasti.

Kartini
04.11.2008
Steeve Haryanto Souw