Saturday, July 15, 2006

4:01 PM 6/11/2006
Cideng tujuh enam
------------------------
Bergulirlah gumpalan karet hitam menuju cideng tujuh enam,
Suasana terik setia menemani langkahku,
Sepulang menggembleng intelektualku tanpa berpikir lagi langsung ku pecut badan ini,
Kurang setengah jam ku telah tiba, khawatir jam karet juga kebiasaan kawan - kawan se mindset.
Dugaanku salah, mereka da tiba sejam sebelumnya.
Kedatanganku disambut dengan jabat tangan dingin tak dikenal,
Hanya satu wajah yang mengatakan 'ini dia kawan seperjuanganku'.

Satu demi satu telah tiba tepat waktu,
Luar biasa angkatan muda tidak terlambat.
Kemajuan disiplin yang tidak terdengar.
Memasuki 'demokrasi room' ,
Tercuat kebiasaan buruk ku.
Ternyata tidak ada yang sejalan dengan hobbyku.

Ketika berkumpul dari kalangan usia yang relatif hidup dalam kesederhanaan,
Satu persatu intelektual di pertanyakan.
Terbukti memutihnya rambut tidak menjamin manusia telah mencapai titik tertinggi dalam intelektual.
Terbukti hitamnya rambut tidak berarti tertinggal perubahan zaman sehingga tidak tahu budaya.

Guliran pengeras suara menghampiri satu persatu individu,
Dari mulai yang wawasannya hanya melihat tionghoa indonesia dengan sejuta kenangan indah
semasa sukarno,
Sampai dengan tionghoa yang bermodal tiga nama saja.
Tidak terasa hidang an malam telah disantap sejam yang lalu,
sampai pada akhirnya saya sepakati bahwa persoalan tionghoa bukan hanya
tionghoa semata tetapi ada hal yang mendasar, yakni Human Rights.

Kita terlahir dengan kulit kuning dan bermata sipit bukan berarti kita
adalah pecinta RRT tetapi kita adalah WNI.
Kita ada karna itu NKRI terlahir.
Kalau tidak ada kita, apa NKRI lahir? Tidak kawan.
Mereka hanya bagian dari tanah kosong dengan hutan tembakau melilit daratan.

Kita manusia, kita ciptaan 'Yang kuasa', kita sama.
Jadinya memperjuangkan penegakkan ham akan mendokrak keberadaan kita secara otomatis.
Tegakkan ham adalah intinya.

No comments: