Thursday, November 21, 2019

Pemerintahan yang tidak pernah mengerti perasaan rakyatnya sendiri.

Harga barang semuanya naik. Inflasi semangkin tidak terbendung. Slogan inflasi dibawah 5 percent adalah bualan di dongeng. Dollar US yang tertahan di level Rp.9000,00 adalah omong kosong. Bukan pasar yang membentuk melainkan tekanan yang mampu memborong dollar dalam jumlah diluar kewajaran.
Berusaha setiap anak bangsa untuk mengentaskan kemiskinan tidak berjalan dengan baik karna kemiskinan kian merata. Yang kaya semangkin kaya karna mampu berstimulasi dengan pendapatan dan pajak agar mendapat bantuan dari yang lebih kaya.
Yang susah semangkin susah karna jadwal dagangnya terhenti oleh daya beli masyarakat yang menurun akibat tidak ada kemapanan bagi yang memiliki pendapatan tetap (Baca: Outsource dan kerja kontrak).
Bagaimana seharusnya dilakukan pemerintah ?
Bencana alam akibat kemurkaan alam pada bangsa ini semangkin mendapatkan jalan bagi kehancuran peradaban bangsa.
Berhamburan anak bangsa mencari perlindungan atas kesulitan yang dialami nya. Terjadilah krisis indentitas bangsa. Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika semangkin menjauh dari pengikutnya.
Semangat nasionalism semangkin terpojok akibat doktrin kemelaratan dan kelaparan yang seakan menjadi slogan abadi yang dikumandangkan kaum agamais. Bukan berarti nasionalis adalah orang - orang yang tidak memiliki agama melainkan menempatkan pluralism dalam wacana nya.
Simbol - simbol agama bergerak menjadi ajang kampanye setiap harinya. Mengajak anak bangsa untuk kembali ke keyakinan nya masing - masing dengan pembimbing agama yang tidak pernah mengerti sejarah bangsa ini terbentuk.
Bagaimana ini semuanya adalah pemerintahan yang tidak pernah mengerti perasaan rakyatnya sendiri.

No comments: